Sabtu, 05 September 2015

catatan#15 : Satria FU vs Sonic 150 : The Real Battle of Ayago

the battle royale is now on! (source : tmcblog.com)
Setelah melenggang sendirian di kelas sport underbone 150cc selama lebih dari satu dekade, sang produk andalan pabrikan berlogo S akhirnya mendapatkan lawan yang sepadan. Sempat digoyang munculnya Yamaha MX King 150, kala itu Suzuki Satria F 150 (Satria FU) nampaknya masih bisa sedikit merasa aman secara dari segi desain kedua motor tersebut dapat dikatakan berbeda genre dan konfigurasi mesin (bebek sport vs ayam jago plus SOHC vs DOHC). Namun semua berubah ketika negara api (oke, joke ini udah terlalu mainstream), maksudnya AHM menyerang dengan prajurit ayago terbarunya, All New Honda Sonic 150 R (Sonic 150).

Belakangan ini mungkin agans dah sering melihat review dari beberapa blogger atau media otomotif ternama mengenai perbedaan spesifikasi antara the new contender ini dengan the first mover. Jadi di artikel ini ane cuma berusaha memberi pandangan awam sebagai eks penunggang Satria FU (selama 3 tahunan) dibandingkan dengan All New Sonic yang sempet ane test ride kemaren. Oya, review ini gak bertujuan menjudge mana yang lebih baik lo, penilaian mengenai yang lebih unggul tetep kembali ke agans masing-masing, hehe

DESAIN
Urusan desain emang cenderung subjektif dan sangat bergantung selera setiap orang. Dalam hal ini Satria FU telah membuktikan ke-everlasting-an desaiannya dengan sukses membentuk mindset masyarakat (terutama ABG) selama ini bahwa the real bebek sport “bentuknya ya kayak FU”. Terbukti hadirnya CS-1 dengan desain sedikit nyeleneh dan New Jupiter MX 135 yang cukup moderat, bahkan Athlete 125 yang bergenre ayagopun belum mampu mengusik moncernya penjualan Satria FU beberapa tahun belakangan. Menurut ane, body Satria FU yang slim dipadu dengan garis desain yang mengalir dan tidak terlalu agresif mampu menjadi daya tarik tersendiri. Material plastik body juga lumayan tebal dengan kualitas cat yang oke. Kekurangan ada pada kaki-kaki yang terlihat cungkring untuk ukuran motor 150 cc, dan fitur yang nampaknya terlalu standar untuk motor seharga 20jt an seperti, speedometer semi digital, lampu depan belakang dengan bohlam konvensional, hingga ketiadaan fitur magnetic key shutter untuk tipe “ekonomis”nya.

sang raja yang mulai menginjak senja..(source : google)
speedo masih semi digital (walau cukup informatif) minus key shutter (source : google)
desain slim dan tampak mengalir harmonis (source : google)
kaki-kaki ori aja udah  mayan cungkring, apalagi kalo dibikin kek gini..(source : google)
Kemudian munculnya Sonic 150 dengan desain yang fresh seakan memberi sinyal tersendiri bahwa desain dan fitur Satria FU yang bertahan lebih dari 1 dekade dianggap sudah usang. Dengan body yanh juga ramping, garis desain yang agresif dan penuh lekukan tegas disana-sini, Sonic seakan menegaskan kalo motor anak muda tampilannya emang kudu garang.  Kekurangan Satria FU berupa kaki-kaki yang cungkring dijawab dengan swing arm dan tapak velg yang lebih lebar. Speedometer juga sudah menganut model full digital dengan lampu depan LED. 

Sedikit yang mengganjal dari desain Sonic 150 secara keseluruhan adalah harmonisasi desain di beberapa sisi yang menurut ane masih agak kurang. Misalnya batok depan yang nampak terlalu besar dan lampu belakang yang kurang eye catching. Penggunaan material plastik doff di beberapa part juga terkesan ringkih dan lapisan cat yang terlihat tipis. Sepertinya Sonic 150 masih harus belajar dari sang senior untuk urusan build quality, hehe.
here comes the new contender
desain overall keren, tapi ada tapinya..
urusan speedo selangkah lebih maju lah
sektor buritan runcing abis tapi debatable
2,15", lumayan tapi agak nanggung lebarnya

HANDLING
Banyak orang berkata kalo naek FU tu bikin pegel secara posisi setangnya rendah, footstep depan agak mundur dan buritan yang lumayan nungging sehingga kita seakan dipaksa merunduk. Hal itu gak sepenuhnya salah sih, tapi tergantung postur penunggang juga kok. Buat ane yang gak terlalu tinggi dengan jangkauan tangan cukup pendek nyaman-nyaman aja kok, buktinya ane pernah turing NTB-Jawa naek FU dan fine-fine aja tuh. Yang bikin boyoken justru joknya yang sempit dan lumayan keras itu apalagi kalo dipake boncengan, beuhh..

Trus poin plus FU selain riding position yang racy adalah bantingannya yang super ringan dan gampang banget dipake selip-selip. Kelemahan yang ane temui selama make motor ini cuma rem yang berasa kurang pakem (yang belakang malah sering bunyi) dan bagian tengah ke belakang yang berasa mereng-mereng sendiri saat dipacu di kecepatan tinggi, pengaruh kaki-kaki yang cungkring dan shockbreaker yang terlalu empuk kali ya.

semoga boyoknya kuat y mz..(source : dapurpacu.com)
sepertinya "nyaman" ya mb?#eh (source : google)
Sedangkan Sonic menurut ane lebih bersahabat dari segi ergonomi, bahkan hampir senyaman naek bebek-bebek mainstream kelas 125cc kebawah. Setang memang bertipe clip-on tapi posisinya gak serendah FU. Footstep depan juga posisinya hampir di tengah blok mesin sehingga posisi duduk jadi lumayan tegak. Selain itu, joknya emang gak empuk-empuk banget, tapi gak sesempit FU dan bentuknya bikin cukup nyaman buat duduk.

Soal bantingan walau gak seringan FU tapi entah kenapa motor ini pas dipake di jarak pendek berasa lebih manteb. Mungkin pengaruh frame yang lebih besar serta tapak velg dan ban yang cukup lebar. Sayang trek yang pendek lagi-lagi bikin ane gak bisa memastikan apakah gejala limbung yang mendera FU saat digeber di kecepatan tinggi juga dialami motor ini.

Tapi berbagai kenyamanan yang ditawarkan Sonic 150 juga memiliki konsekuensi dengan berkurangnya kesan racy yang melekat pada sport underbone. Bahkan di titik ekstrim, para fansboy pabrikan sebelah bisa lantang berkata, “ini ayam jago kok berasa bebek?”heuheu.

piye tumpak'ane penak?yo penak..
mungkin saking comfynya, mas2 ini sampe bisa stoppie dengan santainya
sepertinya cukup tegak..duduknya (source : otomotifnet.com)

PERFORMA
Isu sensitif yang mengiringi perseteruan Satria FU dan Sonic 150 adalah urusan dapur pacu alias performa mesin. Sama-sama mengusung silinder tunggal 150cc, DOHC, 4 valve, 6 speed. Terdapat perbedaan signifikan diantara keduanya dalam hal pengabutan (karbu di FU dan injeksi di Sonic), sistem pendinginan (oil cooler di FU dan radiator di Sonic), serta konfigurasi silinder (FU overbore dan Sonic almost squre condong ke overstroke). Dengan beberapa perbedaan diatas, karakter kedua motor tersebut tentunya cukup berbeda.

Mengusung mesin turunan FXR150, kehandalan mesin Satria FU tentu tidak perlu diragukan lagi. Mesin Satria FU dikenal powerful, mudah dioprek, dan tersedia part kompetisi yang berjibun sehingga menjadi favorit pembalap beneran ato para alay yang racer wannabe. Karakter mesin ini sangat khas overbore yaitu agak lemot di putaran bawah tapi beringas di kitiran 6000RPM keatas. Nafasnya juga panjang, ane pernah gaspol bisa sampe nembus 12000an RPM. Tapi konsekuensinya konsumsi BBM si FU lumayan boros. Bahkan lebih boros dari CBR K45 ane, faktor karbu juga kali ya.

mesin 150cc 4tak paling populer di arena balap or liaran (source : google)
Sedangkan AHM menurut ane mengambil langkah brilian dengan menyematkan mesin “all new” yang notabene warisan dari klan CBR pekjigo dengan beberapa ubahan yang cukup signifikan. Konfigurasi silinder terkini berubah menjadi almost square cenderung overstroke (diameter x langkah = 57,3 x 57,8). plus penggunaan roller rocker arm untuk meminimalisir getaran dan power loss. Dilengkapi dengan PGM-FI khas Honda, kombinasi diatas mampu memuntahkan torsi dan power yang diklaim lebih mumpuni dibandingkan para pesaingnya, termasuk Satria FU.
common engine dengan all new CB150R, so performanya gak main-main
Jadi bagaimana impresinya?ehm, dari test ride kemaren ane ngerasa Sonic emang lumayan nampol soal akselerasi, torsinya lumayan galak dan tarikannya bikin gampang buat stop n go, manteb buat harian pokoke gans. Sayangnya trek yang pendek bikin ane gak bisa mengeksplore topspeed dan powernya. Spesifikasi dari pabrikan sih redlinenya lebih pendek cuma nyampe 9000an RPM khas overstroke, jadi menurut ane kalo balapan jarak pendek mungkin emang Sonic unggul, tapi kalo long track mungkin nafas panjang overbore ala Satria bisa cukup berbicara. Di sisi lain water cooled dengan radiator milik Sonic memang lebih menjamin suhu mesin yang stabil, tapi perangkat ini juga memiliki sistem yang lebih rumit dan bobot yang lebih berat dari oil cooler Satria FU. Dari beberapa perbandingan diatas monggo agans simpulkan sendiri mana yang lebih unggul, kalo menurut ane sih perbedaan 1-2hp on wheel tu gak begitu ngaruh kok, yang lebih penting adalah feel yang kita dapat saat membejek motor itu (sok bijak), hehe.

KESIMPULAN
Salah satu filosofi Sun Tzu dalam Art of War (kalo ane gak salah baca) ” seranglah musuhmu ketika ia tidak siap, munculah pada saat yang tidak diharapkan” sepertinya benar-benar diterapkan AHM dalam mempersiapkan All New Sonic 150 R untuk menghadapi Suzuki Satria F 150. Sang raja di kelas sport underbone yang bertahun-tahun melenggang sendirian sepertinya sempat terlena karena merasa selama ini tidak ada lawan yang sepadan sehingga facelift yang sempat dilakukan beberapa kalipun terkesan seadanya karena menganggap produk ini masih cukup diterima masyarakat. Akan tetapi, munculnya Sonic 150 nampaknya benar-benar akan mengubah peta persaingan ayago/bebek super kelas 150cc 4 tak.

Jika ane ditanya mana yang lebih unggul diantara Satria FU atau Sonic 150, jawabannya ane kembalikan kepada selera dan kebutuhan agans. Menurut ane kedua motor ini mempunyai kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Satria FU dengan build quality yang oke, dukungan komunitas yang tersebar luas dan ketersediaan part yang melimpah, serta Sonic 150 dengan desain yang lebih fresh, handing yang nyaman dan performa mesin yang diklaim lebih superior dibanding para pemain lama. Oya untuk spesifikasi lengkapnya bisa agans liat sendiri ye di brosur yang dah banyak beredar.
Tidak heran jika saat ini Suzuki dirumorkan sedang menggodok suksesor Satria FU yang digadang-gadang akan jauh lebih keren dan bertenaga untuk terus mempertahankan tahta di kelas yang persaingannya semakin keras ini, sekeras tekadku untuk mempersuntingmu dek…  #lho #salahfokus

modif simpel tapi mayan
gak kudu modif alay style tetep bisa keren kok (source : google)

bonus yang seger-seger nih, heheh



catatan#14 : nama : Gulit, hobi : test ride (part III)

Melanjutkan ulasan disini, sekarang saatnya ane mengulas salah satu komoditi “panas” terbaru dari AHM. Dengan embel-embel “All New”, akankan handling dan performa motor ini benar-benar baru dan lebih baik dibanding generasi sebelumnya?

ALL NEW CB150 STREETFIRE
Akhirnya brojol juga penerus sang naked warrior utama 150cc dari AHM sekaligus nemesis sang raja di kelas ini, Yamaha New Vixion Lightning (Advance). Tapi apakah the new contender mampu mengusik ceruk pasar yang telah dikuasai pabrikan sebelah selama bertahun-tahun, let’s wait n see aja gans.

Handling : cukup satu kata, ringan. Gak seperti saudara berfairingnya, CBR K45 yang agak “berat” Motor ini gampang banget ditekuk-tekuk melewati handicaps berupa cone yang dipasang di arena test ride, sekali lagi fleksibilitas trellis frame yang kini dilengkapi aluminium engine holder emang dapat diandalkan. Kaki-kaki pun kini ikut direvisi dengan penggunaan shockbreaker depan, swingarm  dan velg yang lebih kekar demi mendukung tampilan dan kestabilan. Satu poin plus yang ane rasain adalah riding position yang makin sporty tanpa mengorbankan kenyamanan dimana jangkauan tangan ke stang yang cukup pendek dan posisi duduk yang lumayan tegak. Hampir gak ada minus dari segi handling, tapi ada satu hal yang menurut ane sedikit mengurangi kenyamanan rider yaitu desain tangki berpunuk nan menyudut plus jok yang mirip seperti CBR K45 yang agak menyempit di ujung. Tangki en jok model gini emang keliatan lebih keren sih, tapi kalo lewat jalanan yang agak bumpy lumayan bikin ngilu area di bawah gesper dan sekitarnya, hehehe.
gimana mz, ade' cakep ndak?
say no to tutup tangki njendul!
kakiku kini tak cungkring lagi, semua lampu full LED..#rhyme


Performa : dengan beberapa ubahan, sektor mesin sang Streetfire memiliki karakter yang berbeda dari sang pendahulu. Konfigurasi silinder terkini mendekati square bahkan cenderung overstroke (diameter x langkah = 57,3 x 57,8). Desain ini sepertinya untuk mengurangi “kelemahan” mesin DOHC overbore turunan CBR pekjigo generasi pertama yang cenderung lemot di putaran bawah sekaligus biar bisa bejaban urusan torsi sama si musuh bebuyutan. Terbukti waktu ane test kemaren, akselerasi motor ini lumayan nyundul waktu dibejek di gear rendah. Tapi konsekuensi lain dari mesin jenis ini adalah gasingan RPMnya tidak setinggi overbore, jadi power puncak yang dihasilkan juga lebih rendah. Buat yang hobi selip-selip di kemacetan perubahan ini tentu disambut positif, tapi buat penganut mazhab DOHC Overbore garis keras seperti ane, sensasi napas mesin seperti gak abis-abis di 6000RPM keatas takkan terganti dengan akselerasi yang lebih nampol sekalipun (halah lebay).
semua rahasia performa ada dibalik blok mesin ini..
sepertinya enteng dipake nanjak-nanjak
versi modip nan keker (n mihil)

catatan#13 : nama : Gulit, hobi : test ride (part II)

Oke setelah sebelumnya ane ngebahas dua motor dengan desain yang lumayan antimainstream, kali ini ane pengen mengulas dua motor bergenre sport touring yang identic dengan torsi, monggo silahkeun..

YAMAHA MT-25
Menyandang nama besar klan MT (Master of Torque), harusnya si bungsu ini memiliki tampilan agresif dan full torsi seperti saudara-saudaranya, tapi bagaimana kenyataannya?

Handling : terlepas dari desain yang menurut ane agak nanggung (gak tajam banget kayak MT series tapi juga gak kalem-kalem amat khas keluarga FZ) dan headlamp yang agak gimana gitu buat sebagian orang, MT-25 punya kelebihan di sisi handling yang reliable alias oke punya. Motor ini gampang banget ditekuk-tekuk, bahkan saat belok patah sekalipun. Maneuver berasa ringan banget, ane sempet gak nyadar kalo ini motor 2 silinder yang bobotnya lumayan. Getaran ke tangan juga minim, thanks to that trellis frame and some rubber on raiser. Overall, soal handling joss pokoke, cuma yang bikin ane sedikit kepikiran ya shockbreaker belakang tanpa link yang super lembut itu. Buat model naked bike yang nyaman-oriented sih oke mawon, tapi di R25 yang lebih sering dipake ngegas gimana ya?
belum testride udah poto-poto aja, kelakuan...
Performa : Master of Torque yang “santun”, begitulah kesan ane setelah mencoba motor ini. Tarikannya cukup kalem di kitiran mesin rendah, bahkan terasa kurang greng dibanding KTM RC 200 yang ane tes sebelumnya. Tapi kesan itu berubah ketika kami saling mengenal lebih dalam (halah), maksudnya ketika masuk area “sakral” DOHC di 6000 RPM keatas. Power delivery agak smooth, tapi torsi 2 silinder emang ga bisa bohong. Tinggal betot gas agak dalam, enteng lah kalo mau ngasepin motor 150cc an yang suka geber-geber alay di jalan. Kombinasi ciamik dari handling nyaman dan performa yang gak malu-maluin.  Must admire that this is one the best bike I’ve ever tested so far..
tampang puas setelah test ride,comfortgasm..

SOIB RACER 400
Namanya mungkin kurang familiar buat sebagian orang, maklum brand asli dalam negeri ini memang baru belakangan gencar mempromosikan beberapa tipe motor yang merupakan rebranding dari produk asal Tiongkok (CMIIW) yang telah dipasarkan secara global, Mash Motorcycle, salah satunya yang ane test kemaren, Soib Racer 400. Motor ini mempunyai desain menarik dengan nuansa retro yang kental, trus gimana handling dan performanya?

Handling : motor retro identic dengan santai, dan hal itu jelas terasa saat kita naik motor ini. ground clereance yang rendah, setang yang tinggi dan jok nan empuk bikin kita langsung menerawang sore-sore keliling komplek naik ini motor sama anak bini (oke sepertinya imajinasi ane terlalu jauh, my bad). Shockbreaker depan teleskopik dan belakangnya yang stereo juga empuk, enak banget buat dibawa jalan selow. Untuk ukuran motor 400cc ane rasa bobotnya juga gak terlalu berat, cocoklah mau dibawa harian atau sebagai motor hobi yang cuma keluar pas weekend. Oya, soal build quality motor ini lumayan rapi lo, pokoknya diatas produk-produk tiongkok yang beberapa tahun lalu marak beredar.


Performa : ngeliat dua silencer yang menyembul di samping swing arm, awalnya ane menyangka ini motor dua silinder. Tapi ternyata dugaan ane salah, ternyata mesinnya berkonfigurasi big single alias silinder tunggal, 400cc SOHC, air cooled, plus karburator. Dah kebayang torsinya bakal nyembur-nyembur, dan benar saja, begitu throttle ane betot agak dalam, ada sensasi ngangkat-ngangkatnya gans, buat ane yang  biasa pake bebek jadul 135cc, jelas menimbulkan sensasi tersendiri sekaligus was-was kalo salah betot gas trus kebalik, hahaha. Tapi ada dua kekurangan yang ane rasain waktu test ride singkat kemaren, yaitu kombinasi rem depan cakram dan tromol belakang sama jenis bannya bikin gak pede buat nikung (bukan nikung pacar temen lo) alias mereng-mereng, getaran di setang dan telapak kaki juga lumayan terasa, gak tau itu cuma perasaan ane karena kebawa kagok ato emang ada yang kurang pas di mounting or engine balancernya, hehe.

tinggal outfit menyesuaikan, motor n tampang udah retro abis, pftt

Kamis, 03 September 2015

catatan #12 : nama : Gulit, hobi : test ride (part I)



Jika ada banyak dede’ gemesh ato mba’ syahdu yang demen window shopping di mal-mal alias liat : iya- nyoba : kadang – beli : nggak, maka ane juga punya hobi serupa di ranah otomotif yaitu test ride alias nyobain motor gratisan. Hobi ini bermula waktu jaman sekolah dulu ane seneng minjem motor temen yang keren ato unik kayak Tiger 2000, CBR old, sampe TS 125 nan legendaris. Setelah sempet kerja dan kuliah di sekitar ibukota, kegemaran ane test ride makin didukung dengan banyaknya event otomotif seperti pameran atau launching motor baru. Pokoknya dimana aja asal masih bisa dijangkau naek motor ato baswei, hampir pasti ane samperin. Tinggal datang ke booth, pasang tampang pede, dan bilang ke panitia “mas, boleh saya nyobain motornya?”

Untungnya ane bukan jenis orang yang fanatik pada tipe motor tertentu, jadi apapun genrenya asal sreg ya gas mawon. Kayak pas di pameran otomotif (yang katanya) terbesar di Asean di bilangan Kemayoran kemaren, ane nyobain sebagian besar unit yang disediakan, sampe-sampe mas yang jaga sempet ngajak foto bareng, hahaha

Dari beberapa event yang ane datengin kemaren, ada beberapa motor yang pengen ane review dikit mumpung ada foto-fotonya gans. Oya, review berikut ane fokuskan pada handling dan performa masing-masing motor aja karena soal tampilan, fitur, desain dsb kayaknya sangat bergantung selara setiap orang. Trus karena tulisan geje ane ini bakalan lumayan panjang, artikel ini ane split jadi 3 bagian ye gans, part I isinya ulasan tentang dua motor import yang cukup ngehits belakangan ini, monggo disimak..

VESPA GTS SUPER 150
Sebenernya nyobain skutik Italy (tapi now made in Vietnam ini) udah agak lama, tapi ane masih inget dikit-dikit lah impresinya :

Handling : bentuknya emang kiyut bongsor gimana gitu, tapi jangan salah, ground clereancenya agak kurang bersahabat buat agans yang tingginya kurang dari 160cm alias lumayan tinggi dibanding skutik-skutik mainstream saat ini. Soal handling ini motor emang manteb, kesan kokohnya dapet banget, cuma buat belok agak bikin kagok gimana gitu, mungkin efek dari sasis monokok dan velk ukuran 13inchnya. Jok juga agak keras dan suspensinya gak seempuk metik jepun, mungkin emang sengaja didesain biar sportinya dapet ya. 
gegara upload foto ini sempet dikira kang ojek, pfttt
Performa : tarikannya mayan jos dibanding skutik 125cc an yang banyak beredar, tapi entah kenapa ane ngerasa masih kurang nampol  kalo dibandingin sama saingan sesama cc : Vario 150, mungkin karena efek bodi yang berat plus ban yang lumayan gambot. Performa pengereman menurut ane juga kurang ciet, efek motor baru kampasnya belom menggigit ato emang dari sononya, entahlah.

KTM RC 200 dan RC 390
Kesan pertama ane waktu ngeliat motor ini : W.O.W. Desain fairing antimainstream (walopun bukan selera semua orang), shockbreaker depan model upside down plus rangka en swingarm yang nyentrik nan kekar dijamin bakal menarik perhatian para penggemar motor sport fairing. Walopun (katanya) made in Indihe, build quality motor ini layak diacungi jempol khas motor eropah sana secara KTM dikenal sebagai produsen spesialis motor offroad handal. Trus gimana impresinya?

Handling : posisi duduk di motor ini bener-bener racy abis sesuai tagline yang muncul di layar speedometer saat kontak diputar di posisi on : “ready to race”. Dengan setang underyoke plus buritan yang nungging abis, badan kita bakal dipaksa merunduk. Gak kebayang capeknya kalo dipake buat harian, tapi motor ini kayaknya emang track oriented alias nyaman dipake di sirkuit. Didukung suspensi yang stiff bikin gampang bermanuver, bikin ane nagih muter-muter di trek test ride kemaren. Sampe-sampe dikipasin bendera sama masnya kode disuruh brenti gantian sama peserta lain :maluah
motornya emang racy, yang nunggang rentan boyoken
 Performa : dengan konstruksi mesin yang (sekilas) mirip sodara juauhhhnya Pulsar 200NS (tapi yang ini versi DOHC en cuma pake 1 busi), ane langsung mikir ini motor pasti powernya bengis dan torsinya melimpah ruah. Bener aja,sekali bejek, langsung terasa jambakannya. Radial caliper plus ABSnya juga super duper pakem buat nyetop laju ini motor. Sayangnya trek yang pendek bikin ane gak bisa ngerasain akselerasi en top speed maksimalnya. Tapi ane yakin, motor ini gak cuma “ready”, tapi juga “fun” to race. Satu-satunya kekurangan yang ane rasain adalah getaran yang lumayan terasa di bagian depan yang merembet sampe ke tangan, sepertinya sih karena pengaruh settingan USD yang stiff itu. 
pose default setelah test ride, asik-asik joss

sayang yang 250cc gak digelar buat test ride
 
Free Flash TemplatesRiad In FezFree joomla templatesAgence Web MarocMusic Videos OnlineFree Website templateswww.seodesign.usFree Wordpress Themeswww.freethemes4all.comFree Blog TemplatesLast NewsFree CMS TemplatesFree CSS TemplatesSoccer Videos OnlineFree Wordpress ThemesFree CSS Templates Dreamweaver