Kamis, 11 Desember 2014

catatan#4 : (anggap aja) movie review : The Godfather


Pagi gans, ketemu lagi dengan ane, sang penunggu (dikata makhluk ghaib kaleee) lapak di blog nan cupu ini, yang seperti mahasiswa kere kebanyakan saat libur lumayan panjang, sedang terjebak dalam sindrom " damn-besok-kayaknya-bakal-mager-seharian-lagi-nih". Dan diantara begitu sedikit pilihan hiburan yang masuk akal dan masuk kantong, nonton koleksi film (gratisan hasil donlot ato ngopy punya temen) bisa jadi solusi jitu memanfaatkan waktu luang selain nyicil skripsi atau belajar untuk persiapan tengah semester depan (sok-sokan psywar padahal kram otak dan kejang-kejang akut pasca ujian kemaren aja belum sembuh bener..)

Bicara tentang nonton film, ane adalah tipe orang yang sangat rentan tepar alias ketiduran pas mantengin adegan demi adegan film di depan laptop terlepas apapun genrenya. Ane pernah nyoba nonton film drama populer tentang kisah cinta segitiga antara vampir berkilau, cewek tomboi plus manusia serigala dan dengan suksesnya ketiduran sampe 4x, bahkan yang lebih parah, ane pernah bangun pas credit title udah jalan aja pas nonton Madagascar..iya bahkan pas nonton film selucu Madagascar ane bisa ketiduran sodara-sodara..

Back to topic, kali ini ane bakal ngereview satu film yang sukses bikin mata ane tetap terjaga dan beberapa kali mangap selama nonton. Film bergenre action (atau action-crime-semi drama ane juga agak rancu) ini merupakan bagian dari trilogi serial film bertema gangster/mafia yang kata Wikipedia : "widely regarded as one of the greatest films in world cinema and as one of the most influential, especially in the gangster genre". Yup, apalagi kalau bukan The Godfather yang disutradari Frank Coppola based on novel dengan judul yang sama karangan Mario Puzo. Yang ane maksud review disini tentu bukan pembahasan nan menyeluruh dan mendalam ala-ala ahli perfilman gitu ya gans, tapi sebatas apa saja hal-hal menarik yang ane temui selama menonton yang membuatnya layak dijadikan referensi buat tontonan agans sekalian. Cekidot :

"i'm gonna make him an offer he can't refuse", source : Google
The Godfather (rilis 1972) merupakan seri pertama sekaligus yang paling mendapat kredit positif dari pengamat dan kritikus film serta berhasil memperoleh banyak penghargaan seperti Oscar untuk kategori film, pemeran utama dan skenario adaptasi terbaik. Mengambil setting medio 1940-1950an, film ini berkisah tentang "keluarga" asal Sicillia, Italia yang dipimpin Don Vito Corleone (diperankan secara brilian oleh Marlon Brando, lengkap dengan wibawa, logat Italia, dan suara serak-serak basah gitu) yang menjalankan "bisnis keluarga yang belum legal" di New York. Dari awal film, kita diperlihatkan betapa berkuasa dan dihormatinya Don Corleone baik oleh kawan maupun lawan, sekaligus dianggap sebagai figur paling dominan diantara kelima keluarga Italia-Amerika yang berebut dominasi dalam dunia per-mafia-an New York.

Menurut ane salah satu hal menarik yang sudah tersaji di awal film adalah adanya semacam konflik kebudayaan ketika putra ketiga sang Don, Michael Corleone (diperankan Al Pacino), satu-satunya lulusan college dan eks US. Marine, secara tersirat menolak ikut andil dalam "bisnis keluarga". Michael juga memiliki hubungan spesial (statusnya "in relationship" ato "its complicated" ane juga gagal paham) dengan wanita bule asli amrik bernama Kay Adams (kelak jadi bininya) yang di jaman tersebut hubungan semacam itu masih belum jamak ditemui.

Konflik selanjutnya adalah ketika Don Vito Corleone yang dikenal menjunjung tinggi kode etik dan kehormatan, dengan tegas menolak tawaran "The Turk" Sollozzo, seorang bandar narkoba (yang belakangan diketahui bersekongkol dengan keluarga Tattaglia, musuh besar klan Corleone, dan kepala kepolisian)  untuk menjadi beking bisnis haramnya. Tak disangka penolakan inilah yang menjadi awal malapetaka yang menimpa keluarga Corleone, mulai dari usaha pembunuhan terhadap sang Don hingga Michael yang terpaksa melarikan diri ke Sicillia karena membunuh Sollozzo dan sang kapten polisi demi keselamatan ayah dan keluarganya.

Michael yang mencoba memulai babak baru kehidupan di Sicillia bersama sang istri, Apollonia Vitelli (sumpah mba'-mba' pemerannya bener-bener manis, vintage beauty gitu, sampe bikin ane sempet hilang fokus untuk beberapa detik #halah), tiba-tiba mendapat kabar bahwa kakanya, Sonny telah tewas diberondong senapan mesin oleh gerombolan tak dikenal di jalan tol. Tak sampai disitu, akhirnya dia juga harus menerima kenyataan istrinya itu mati muda (sayang bener padahal pengen sering-sering liat mba'nya sampe akhir film #salahfokuslagi) karena ledakan bom mobil yang dipasang penjaganya sendiri yang berkhianat. Michael akhirnya kembali ke New York, menikahi kekasih lamanya Kay dan memutuskan untuk menggantikan Don Vito yang nampaknya sudah sampai di penghujung karirnya. Sampai di point ini kita bisa liat pengorbanan Michael yang semula kekeuh gak mau terlibat, akhirnya memilih mengambilalih bisnis hitam tersebut demi melindungi orang-orang yang dicintainya, kita juga bisa merasakan plot utama film ini, yaitu perubahan pada diri Michael Corleone, yang awalnya seorang yang lugu tapi rebel menjadi sosok pria berdarah dingin plus bos mafia nan kejam.

si Al Pacino, sampe sekarang masih aja hobi masang muka tanpa ekspresi, source : Google
Menurut ane, salah satu bagian terbaik di film ini adalah ending yang super keren sekaligus ironis. Diiringi alunan "The Godfather Waltz" nan sendu yang menghiasi hampir setiap momen dramatis di film ini, rentetan adegan demi adegan bernuansa suram berjalan mulai dari meninggalnya sang Don saat bermain dengan cucunya hingga pembunuhan terhadap musuh-musuh keluarga Corleone atas perintah Michael, yang epicnya dilakukan tepat bersamaan saat dia dikukuhkan sebagai ayah baptis atas anak saudarinya, Connie Corleone. Belakangan Michael juga memerintahkan untuk membunuh suami Connie, adik ipar yang ternyata dalang pembunuhan kakaknya. Film ditutup dengan adegan Michael menerima capo (artinya cari sendiri di wiki ye gans), yang mengukuhkannya sebagai Don Corleone yang baru.

Fiuhhh, akhirnya tulisan ini (setelah 2 hari ini sempet stuck berkali-kali) hampir selesai juga, maklumi aja ya gans kalo isinya mbulet trus bahasanya acakadut disana-sini, namanya juga nubitol yang masih butuh banyak belajar soal nulis en ngeblog, pokok e terus kasih kritik en komen yang membangun buat ane ya, hehew.

Intinya, menurut ane film ini beneran super duper ultra layak ditonton buat ngisi waktu luang, terutama kalo agans penggemar film bertema gangster atau semacamnya. Finally,  mengutip perkataan seorang teman : "sumber kelemahan terbesar sekaligus kekuatan terdahsyat seorang pria adalah keluarganya". Setuju ndak agans?










2 komentar:

deadyrizky mengatakan...

yang pas adegan malam pertama jangan lupa merem lit

Unknown mengatakan...

wohhh, sayang cuma sekilas e dead, jadi pengen nonton ulang kiye, hahaha

Posting Komentar

 
Free Flash TemplatesRiad In FezFree joomla templatesAgence Web MarocMusic Videos OnlineFree Website templateswww.seodesign.usFree Wordpress Themeswww.freethemes4all.comFree Blog TemplatesLast NewsFree CMS TemplatesFree CSS TemplatesSoccer Videos OnlineFree Wordpress ThemesFree CSS Templates Dreamweaver