Entah kenapa malam ini setelah liat-liat lagi beberapa
komentar atas postingan-postingan saya di beberapa media sosial, tiba-tiba saya
jadi tergelitik buat nulis sesuatu. Nggak..saya nggak mo nulis klarifikasi,
pembelaan diri, pengalihan isu atau semacamnya kok. Saya kan bukan artis, selebtwit ato orang-orang yang merasa
paling bener dan berhak nyalahin yang lain dengan cuma bermodal copas link berita-berita gak jelas itu. Isi
tulisan absurd ini cuma sekedar bagaimana
sebenarnya saya menyikapi komen-komen sampeyan tersebut, huehue
Berdasarkan hasil pengamatan beberapa waktu
belakangan, entah kenapa setiap update
status, posting foto, link dan
sebagainya (baik yang terindikasi galau, absurd
maupun yang menurut saya normal saja), hampir selalu ada minimal satu ato dua
komen yang ternyata juga memberi "perhatian" lebih ke
"status" saya yang lain (uhuk, relationship
status, uhuk). Bentuk perhatian dalam komen tersebut juga bermacam-macam
jenisnya, ada yang berupa support (baik
berupa candaan ato seriusan, susah dibedain) agar saya segera melepas masa
lajang hingga yang menyindir dengan telak bahkan sadis (hampir semuanya), mengapa
saya tak kunjung mendapat pasangan hidup di usia yang hampir lewat seperempat
abad ini. Lalu apa masalahnya dengan semua komen itu Lit? (kata dosen saya
menemukan masalah ini soal penting, karena jika tidak ada masalah yang jelas,
tidak ada dasar untuk melanjutkan penelitian *halah kok malah nglantur neng skripsi to ndes..)
Jika ditanya apakah sumber masalahnya adalah saya
mulai jengah ato muak dengan berbagai komentar tersebut, jawabannya tidak,
tidak sama sekali. Alih-alih marah, mencak-mencak ato mutung saat menanggapi candaan
yang kadang lumayan sarkas nan menohok itu, saya lebih memilih untuk
membalasnya dengan guyon pula (maap kalo kadang balasannya lebih sengak, haha) sekaligus
menganggap semua yang sampeyan katakan itu sebagai pengharapan yang tulus
sekaligus doa yang mulia agar saya juga lekas berbahagia. Mungkin ini karena pembawaan
saya yang memang luwih seneng diguyu
timbang dipisuhi alias biarlah saya jadi bahan bercandaan asal kita
sama-sama senang daripada menyulut permusuhan, Jadi apapun bentuk komentar
sampeyan di social media saya, selama
tidak menyinggung hal-hal prinsipil dan SARA niscaya saya ndak akan muntab dan ngajak gelut kok, heheh.
Back to
topic, buat selama ini penasaran bagaimana progress yang saya lakukan (agar sampeyan ndak terus-terusan dengan
teganya ngatain saya jombs lagi), biarlah segenap ikhtiar serta upaya memperbaiki dan memantaskan diri ini hanya saya
sendiri dan Dia yang tahu. Trus soal cepat atau lambatnya hari bahagia itu tiba
juga biarlah Dia yang menentukan. Karena saya percaya, pernikahan bukanlah balapan
dimana setiap orang harus melewati lintasan yang sama dengan sesegera mungkin
untuk mencapai garis finish berupa
kebahagiaan, Tetapi lebih mirip touring
: kita dapat memilih rute dan lamanya waktu tempuh untuk lebih menikmati
perjalanan tanpa mengabaikan tujuan (tsahhh).
Akhirnya, terlepas dari pemahaman saya yang
dangkal atas maksud dan tujuan komen-komen sampeyan, saya ucapkan makasih
banyak lo buat “perhatian”nya selama ini, mohon doanya saja supaya semua yang
baik-baik dilancarkan, salam baper!! (tiba-tiba berasa kayak motivator galau). Demikian sedikit tulisan
(yang sangat berbau curcol ini) dari saya.
Sekian dan terima kekasih #eh
4 komentar:
Curcol lit?
Wkwkwkwk
sak anggepmu wes, hahaha
pukpuk gulit....
mungkin mukamu terlalu buliable lit :P
semangat ya, aku apikan banget kan iki kw wes tak beri semangat biar lebih tabah... tumben ya aku apikan. aku memang cantik *lho kok lama2 salah fokus*
asem bulliable..
btw kak chachu sehat?butuh pikinik kayaknya, haha
Posting Komentar